Rabu, 04 Desember 2013

Tarian Massal Papua SMA Santa Theresia Jakarta

 

Penampilan dari siswa-siswi kelas X SMA Santa Theresia Jakarta menarikan tarian papua dalam kegiatan pembukaan Pameran Pendidikan SMA Santa Theresia Jakarta

Silahkan melihat penampilannya dibawah ini :





SEA+ TRIENNALE 2013 - Galeri Nasional Indonesia



Pameran berlangsung
13 November - 11 Desember 2013
 


 Gedung A, B, C
Jl.Medan Merdeka Timur no.14 Jakarta Pusat 


Pameran ini adalah perhelatan seni rupa tiga tahunan [Triennale] pertama kali khusus menghadirkan karya-karya perupa dari Asia Tenggara dan sekitarnya. Pada tahun 2013 ini ditampilkan karya dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapore, Vietnam, Myanmar, China, Jepang, Pakistan dan Australia. 

Acara ini diprakarsai dan dilaksanakan oleh Galeri Nasional Indonesia.

Setelah berkunjung dan melihat karya perupa pada pameran tersebut. Terdapat satu hasil karya seni rupa yang sangat menarik bagi sayaseperti karya dibawah ini :
 

Karya perupa Indonesia Eldwin Pradipta berjudul "Portray Jelekong".

Sangat kreatif dan menarik.


 

Seni Tari 4



PERKEMBANGAN TARI DI INDONESIA

(Sumber : Antara)

Menurut sumber dibedakan menjadi 3 tahap :

a. Dekade sekitar tahun 20.000 SM hingga 400 M ( Primitif )
b. Dekade sekitar tahun  400 M hingga 1945 M ( Feodal )
c. Dekade sekitar tahun 1945 sampai sekarang ( Modern )

A.    Dekade tahun 20.000 SM hingga 400 M
PERIODESASI

Dibagi menjadi 2 zaman
1. Zaman batu
Terjadi dalam  zaman batu tua atau paleoliticum seperti Pithecanthropus Erectus di desa trini madiun, homo solensis di desa ngandong di tepi sungai bengawan soo madiun, dan homo mojokertaensis di mojokerta jawa timur. Cirinya ditemukan alat berasal dari pecahan batu kasar dan manusia setengah kera , tempat tinggal berpindah pindah. Setelah itu terjadi zaman Mesoliticum atau zaman pertengahan. Bukti peninggalannya yaitu Kapak dari batu besar yang diasah, alat dari tulang dan lukisan berupa gambar cap tangan dan babi hutan di gua leang-leang di Sulawesi selatan. Bentuk manusia sudah dapat dikatakan sebagai manusia sesungguhnya yang disebut homo sapiensis, dan sudah menggunakan akal pikirannya. Dan terakhir adalah zaman Neoliticum atau zaman batu muda, peninggalannya berupa Kapak yang sudah diasah halus, tempayan dari tanah liat dan perhiasan dari batu, mata pencahariannya bercocok tanam dan bertenun, dan tempat tinggalnya menetap.

2. Zaman logam
Bukti peninggalannya yaitu berupa kapak corong menyrupai sepatu , kapak dengan lukisan , perhiasan perunggu seperti kalung gelang subang. telah diketemukan nekara atau kendang yang terbuat dari perunggu di jawa, bali, Sumatra, dan nusa tenggara. Tari pada zaman ini sangat erat kaitanya dengan kekuatan alam, bahkan menjadi tari yang dikeramatkan juga, seperti jenis tari untuk penyembuhan orang sakit, tari minta hujan, dan sebagainya. Pada decade sekitar tahun 20.000SM sampai 400M tari-tari yang hidup pada kurun waktu itu mempunyai sifat magnis dan sacral sesuai dengan latar belakang kebudayaannyakekuatan alam sangat berpengaryh terhadap tata kehidupan manusia maupun masyarakatnya, sehingga ekspresi tarinya cenderung merefleksikan keadaan alam lingkungannya. Keadaan alam maupun kehidupan binatang binatangnya tampak menjadi inspirasi inspirasi timbulnya jenis tari seperti berburu, tari perang, dan sebagainya.

B.     Dekade tahun 400 M sampai 1945 M
Masyarakat pada decade ini digolongkan sebagai masyarakat fedoal. Munculnya kerajaan kerajaan menandai adanya pola hidup bersama antar individu maupun kelompok sebagai upaya untukmeningkatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih harmonis.
Terjadi empat periode zaman:
1. Zaman indonesia-Hindu
2. Zaman Indonesia Islam
3. Zaman Indonesia Budha
4. Zaman Pergerakan Nasional

1.    Zaman indonesia – Hindu
Pada zaman ini diawali dengan munculnya kerajaan yang berhaluan sekitar tahun 400M, yitu kerajaan kutai, di Kalimantan timur dan kerajaan tarumanegara di jawa barat. Proses peng-hindu-an sudah tampak pada abad pertama, yaitu ketika para pedagang india dating dan menetap di Indonesia. Para pedagang india bnyak yang menjalin keluarga dengan orang-orang asli Indonesia, sehingga mengakibatkan mengalirnya arus kebudayaan india. Bidang yang sangat menonjol dari arus kebudayaan india adalah kehidupan keagamaannya, yakini agama hindu. Hal itu bisa di buktikan melalui peninggalan – peninggalan yang berupa monument – monument keagamaan, seperti candi prambanan ( roro jongrang ) dan candi – candi di dieng jawa tengah, candi singasari di jawa timur, dsb. Selain itu secara hampir bersamaan pengaruh agama budha juga datang di Indonesia dengan bukti peninggalan mnumen keagamaan, yakini candi Borobudur, candi mendut, dsb. Melalui relief – relief pada candi – candi dapat di temukan bentuk – bentuk tari, jenis music yang mengiringi dan fungsinya.
Dalam agama hindu tari sering digunakan sebagai sarana pemujaan kepada dewa, terutama pada dewa wisnu dan dewa siwa. Dan yang paling erat hubungannya dengan tari adalah dewa siwa, terbukti dewa siwa sering di sebut dengan siwa nataraja ( siwa raja dari penari ), nahanata ( penari besar ), dan natapriva. Dalam kitab regeveda ( salah satu kitab suci hindu ) disebut dewa indra, dewa marut dan dewa acvni senagai dewa tari. Dalam kitab veda juga di sebutkan bahwa dewa bayu ( angin ), dewa agni ( api ) dan dewa surya ( matahari ) sebagai dewa penggerak dunia.
Menurut kepercayaan hindu, para penari yang menari untuk kepentingan agama merupakan kekasih dewa ( devadasi ). Pengaruh predikat kekasih dewa sampai sekarang masih membekas di bali, tempat berkembangnya agama  hindu dharma.
Pada relef candi Borobudur, prambanan dan dieng terdaat relief yang menggambarkan penari wanita sedang menghibur raja dan keluarganya (bangsa istana). Thomas stamfort raffles dalam bukunya history of java mengatakan, bahwa ronggeng merupakan tarian wanita yang khusus  untuk hiburan kaum laki-laki. Tari rongeng tidak selalu itarikan oleh penari wanita, melainkan juga oleh penari peria berbusana wanita(iravesti). Di Surakarta pada awal abad XX ronggeng dipakai untuk menyebutkan penari wanita bayaran. Dalam serat centbini dan cabolang disebutkan bahwa ronggeng atau teledak sebagai penghibur harus dibayar dengan tarif tertentu. Ronggeng sebagai arian hiburan sering mengikutsertakan  para penontonnya untuk terlibat menari bersama, sekarang lebih dikenal dengan tari tayub. Tari ronggeng/tayub meskipun merupakan tarian hiburan tetapi juga mendapat perhatian dari lingkungan kerajaan.

Pertunjukan yang sampai sekarang masih lestari
·      Tari klana topeng
·      Tari gunungsari ( jawa tengah )
·      Tari topeng panji
·      Topeng Rumyang dan temanggungan

2.    Zaman indonesia Islam
Zaman Indonesia islam ditandai oleh datangnya para pedagang dari india barat melalui Gujarat. Mereka selain berdagang juga menyebarkan agamanya, yakini agama islam. Namun,, demikian agama islam yang mereka bawa sudah kena pengaruh hindu, atau dengan kata lain telah berbau kehinduan.
Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII yaitu ditandai dengan munculnya kerajaan islam di Sumatra uara, di jawa mulai pada saat berdirinya kerajaan demak menggantikan majapahit sekitar abad XV.
Dijawa barat terdapat dua gaya tari yaitu gaya sunda dan gaya cirebon. Di jawa tengah perkembangan tari ditandai dengan lahirnya karya sastra-sastra yang berupa babad di dalamnya memuat tentang informasi-informasi tentang tari.
Tari bedaya dan serimpi adalah jenis tari hiburan raja dan sekaligus merupakan tari untuk upacara-upacara di istana.Tarian wireng adalah tarian keprajuritan yang dibawakan penari pria dengan membawa senjata

3.    Zaman Indonesia belanda
Pada awal abad  XVII Belanda dating ke Indonesia melalui pulau jawa bagian barat untuk berdagang rempah-rempah dan kemudian mendirikan VOC.Terpecah menjadi dua yaitu Kasunanan surakarta dan Kasultanan yogyakarta.Tari jogjakarta memiliki haluan klasik. Sedangkan ciri tarian surakarta : Pandangan mata meluruh. Kostumnya gemerlab Penari biasanya menggunakan Jamana

4.    Zaman Pergerakan Nasional
·      Dekade tahun 1945
Sampai sekarang berdirinya lembaga-lembaga forml dan non-formal dalam bidang kesenian menunjukan bahwa kegiatan kesenian dianggap mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan memajukan bangsa.
Singkatan dari perkembengan tarian sekarang
ASTI = Akademi Seni Tari Indonesia
ISI = Institut Seni Indonesia
STSI = Sekolah Tinggi Seni Indonesia
IKJ = Institut Kesenian Jakarta

Seni Tari 3



FUNGSI DAN TUJUAN TARI

Terdapat dua sifat
1.      Individu adalah tari yang merupakan ekspresi jiwa yang mendasar atau berasal dari individu
2.      Sosial adalah gerak-gerak tari tidak lepas dari pengaruh keadaan dan mengacu pada kepentingan lingkungannya

Fungsi tari dalam kehidupan
1.      Sebagai sarana kepentingan upaacara
2.      Sebagai hiburan
3.      Sebagai seni pertunjukan
4.      Sebagai media pendidikan

1.             Tari sebagai sarana upacara dibedakan menjadi
a.      Upacara keagamaan
Contoh : tari pendet , tari rejang , tari keris , tari pasraman
Di irian jaya :
·         Tari di adalah Tari untuk persembahan nenek moyang orang suku asmat , dengan membuat patung patung sebagai lambang nenek moyang
·         Tari Mon adalah Tari pemujaan nenek moyang , orang suku dekat sorong . dilakukan pria dan wanita dengan membuat garis melingkar , yang putri didalam duduk , yang putra membuat lingkungan dengan berdiri
Di sumatera : Tari Gandal dan Tor Tor
Di maluku : Tari sapu dan Tari bulu gila
b.      Acara adat yang berkaitan dengan peristiwa alam
Contoh : Tari permintaan hujan , Tari nelayan , Tari petani
Di irian jaya : Tari ura ( nelayan )
Di NTB : Tari uncer ( minta hujan )
Di flores : Tari elang
Di jawa timur : Tari tiban ( minta hujan )
c.       Upacara adat yang berhubungan dengan kehidupan manusia
·      Kelahiran
·      Kedewasaan
·      Pernikahan
·      Kematian
Di irian jaya : Tari wani , orang suku ekari yang tinggal dipantai (kelahiran)
Di maluku : Tari wolane ( kelahiran )
Di NTT : tari holaana ( kelahiran )
Di lombok : Tari prisen , membawa perisai kulit kerbau cambak rotan (kedewasaan )
Di jateng : Tari karonsih , Tari gandrungan ( tari pernikahan )
Di sumatra barat: tari kosok kancing (tari pernikahan)
Di irian : Munaba ( kematian )
Di NTT : Ledo hawu ( kematian )
Di bali :  Ngaben (kematian)
2.        Tari hiburan: Sebatas menghibur, tidak perlu ada persiapan
Contoh:Tari cipat cipit ( banyumas )Tari ketuk Tilu  ( Jawa barat )Tari lengso ( Maluku )Tari joget ( bali )
3.        Tari pertunjukan
       Harus dipersiapkan dengan matang seperti cerita, kostum , rias dan diharapkan penonton merasa puas dan terbawa emosinya.
4.    Tari sebagai media pendidikan
Melibatkan suatu proses kreatif apresiatif yang dapat memacu kerja antara pikiran , perasaan dan tindakan artinya tari diarahkan pada aspek kreasi melalui pengalaman
Tujuan tari dibagi menjadi 5 :
·      Tari Rakyat adalah Tari yang tumbuh hidup dan berkembang didaerah tersebut dan akhirnya menjadi ciri khas daerah tersebut .
Ciri Ciri : Bentuknya tradisional
                 Merupakan ekspresi kerakyatan
                 Gerakan Sederhana dan diulaang ulang
                 Bersifat kebersamaan
                 Contoh : Jaran kepang , Jatilan , Rodat , Sintren 
·     Tari Sosial adalah tari yang sering dilakukan dalam tari pergaulan karena ayunannya , keakraban dan pergaulan dengan orang laki dan wanita
Contoh : Ronggeng , Ketuk tilu , Joget , Lengsu , Tayu
·     Tari  Etnis adalah  Tari yang dipergelarkan pada tempat dan waktu berkaitan dengan kebudayaan
·           Tari spektakuler adalah Tari yang intren pada saat ini dan membuat takjub penontonnya
Contoh : Brigdance , Reog , Balet
·           Tari ekspresi seni adalah sebuah ungkapan pernyataan dan bahasa yang membawa misi misi tertentu agar membekas bagi penontonnya

Koreografi - Definisi Umum
Koreografi (atau "rancangan tari", berasal dari bahasa Yunani "χορεία", "tari" dan "γραφή", "menulis") disebut juga sebagai komposisi tari merupakan seni membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan. Istilah komposisi tari bisa juga berarti navigasi atau koneksi atas struktur pergerakan. Hasil atas suatu pola gerakan terstruktur itu disebut pula sebagai koreografi. Orang yang merancang koreografi disebut sebagai koreografer.
Koreografi (Inggris choreography, Perancis chorégraphie, Latin χορεßα) secara harafiah berarti "pencatatan tari." Akan tetapi, secara semantik (pengertian, penggunaan) kini bisa berarti:
(1) seni menata atau mencipta tari, dan
(2) Susunan atau komposisi gerak tari sebagai simbol-simbol yang mengungkapkan atau merepresentasikan gagasan seniman, dan
(3) seperti dekat dengan arti harafiahnya walau jarang dipakai, adalah sistem penulisan atau penotasian tari--dan seniman yang melakukannya disebut koreografer (choreografer).
Dengan itu, maka tarian yang dilakukan secara spontan (improvisasi) bukan tari yang dikoreografikan. Walaupun para koreografer biasa menyusun tari melalui tahapan improvisasi, namun improvisasi di situ merupakan jalan menuju koreografi, bukan berupa "seni tari" itu sendiri. Sebutan artistic dancing ("tari seni"), adalah tarian yang dikoreografikan, yang membedakan dengan yang tidak dikoreografikan.
Definisi itu berdasar pada konsep "seni murni" (fine arts) Barat, di mana suatu karya seni jelas terumuskan, baku, termasuk kejelasan identitas waktu dan penciptanya, bisa ditulliskan atau paling tidak bisa diajarkan terus hingga beberapa generasi dengan bentuk yang kurang-lebih sama. Koreografi ciptaan koreografer itu kemudian dilatihkan pada (para) penari untuk dipertunjukkan. Dengan demikian, maka peran koreografer berbeda dengan penari, serupa dengan perbedaan antara komposer dan pemain atau penyanyi dalam seni musik.
Batasan koreografi dan koreografer seperti itu menjadi bermasalah ketika berhadapan dengan tradisi-tradisi tari yang dilakukan secara improvisasi, spontan, di mana proses penciptaannya terjadi pada saat menari. Dalam tradisi di luar seni klasik (modernisme) Barat, yang amat banyak itu, umumnya tidak ada pemisahan jelas antara koreografer dan penari. Koreografi-koreografi tarian "klasik" (dari kraton) sekalipun, di pelbagai wilayah itu, tidak dibakukan, bisa diubah-ubah, bisa diperpendek atau diperpanjang, setiap kali diperlukan--sehingga tidak sesuai dengan definisi "koreografi" dalam fine arts. Maka dari itu, pengertian koreografi di Indonesia tidak sama dengan definisi di atas. Sebagian karya tari modern memang ada yang dikoreografikan secara pasti, baku, namun kebanyakannya diwujudkan, disusun, diciptakan oleh koreografer bersama penarinya. Koreografer biasa berpangkal pada kemampuan dan kreativitas penari. Para penari biasa juga menginterpretasikan, mengubah, atau memberi masukan pada koreografer. Para koreografer biasa pula melakukan perubahan setiap kali mengadakan pertunjukan.
Jika tari-tari tradisional itu dipertunjukkan dengan cara improvisasi, tidak berarti bahwa tidak ada patokan atau pakem, tapi yang dirumuskannya bukan susunan tari (koreografi) secara utuh dari awal sampai ahir, melainkan pada bagian-bagian atau frasa-frasa gerakanya. Frasa-frasa gerak itulah pula sering memiliki nama yang baku, bahkan sampai pada detail gerakan atau posisi-posisi tubuhnya (kaki, tangan, jari, kepala, mata) yang dianggap pakem. Dengan demikian, antara satu tarian dengan yang lain, walaupun nama tariannya berbeda, frasa gerak dan posisi-posisi tubuhnya banyak yang sama--dan seperti itu pula dalam tari klasik Barat semisal ballet.
Sejak tahun 1970-an, mengikuti gerakan filsafat postmodernisme, di Barat senidiri terjadi perubahan persepsi terhadap "koreografi." Definisi yang ketat dan mengikat yang dipertanyakan atau itu bukan hanya pada "koreografi," melainkan pada seluruh jenis kesenian. Dalam tari-tari modern Amerika, misalnya, pada dekade ini tumbuh gerakan yang menembus dinding-dinding definisi ala modernisme. Improvisasi pun, kemudian dianggap suatu seni tersendiri, yang juga banyak dipertunjukkan. Perubahan persepsi tentang "koreografi" dari gerakan tari di Barat itu lebih sesuai dengan khazanah tarian-tarian tradisional yang bersifat improvisasi dan kontekstual. Pelbagai disiplin seni (musik, seni rupa, tari, teater, sastra) yang sebelumnya seperti baku terkotak-kotak itu, pun ditembus dinding-dinding batasnya. Demikian pula kotak-kotak antara seni klasik dan rakyat, tradisi dan modern, sekat-sekatnya diloncati. Hal itu bukan semata karena adanya ide-ide baru, melainkan juga karena perhatian pada realitas budaya tari dunia meningkat, penelitian-penelitan akademik makin marak, yang menyatakan bahwa nilai-nilai "seni tari" di pelbagai wilayah itu tidak seperti rumusan aliran modernisme. Contoh lain yang cukup menjelaskan adalah lahirnya "seni-peristiwa" (hapening arts) atau "instalasi" (instalation, performance art) yang menggabungkan pelbagai disiplin seni. Lahirnya tari-tari break dance dan hip-hop pun merupakan bagian dari gerakan tersebut.
Namun demikian, definisi koreografi tetap pada kisaran: susunan tari, seni penataan atau penciptaan tari, dan pencatatan tari. Yang berbeda pemahamannya adalah bahwa semua itu tidak diartikan sebagai suatu kebakuan, yang merumuskan satu kebenaran tari. Selain sebutan "koreografer," di Indonesia banyak juga dipakai istilah penata-tari, mungkin untuk menghindari kerancuannya (atau sengaja untuk merancukan) istilah koreografer dalam definisi modernisme tersebut. Tapi, arti dari keduanya sama, keculali bahwa penata tari tidak pernah diartikan sebagai pencatat (notasi) tari. (Endo Suanda). 

 
Design by Tema DILO | Blogger DILO - Premium Blogger Themes | Blogger Templates